Mitos dan Jalur Pendakian Gunung Argopuro - Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini
menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya.
Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki
yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak
karuan. Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis,
tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah
melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan
tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan
dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk
itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
Gunung Argopuro adalah
salah satu gunung dari Kompleks pegunungan Iyang. Terdapat banyak puncak,
beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya
lebih muda. Beberapa puncak gunung dalam kompleks ini diantaranya adalah Gunung
Semeru ( 2.847m ), Gunung Jambangan ( 2.773m ), Gunung Cemoro Kandang, Gunung
Krincing, Gunung Kukusan, Gunung Malang, Gunung Saing, Gunung Karang Sela, dan
Gunung Argopuro. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan
laut. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab.
Probolinggo Jawa Timur.
Ada dua jalur yang bisa ditempuh menuju puncak Gunung
Argopuro yakni sebagai berikut:
1. Jalur Bremi
2. Jalur Baderan
Peta Jalur Pendakian Gunung Argopuro |
Mekanisme pendakian
JALUR BREMI
Untuk menuju Bremi
dapat ditempuh dari kota Surabaya naik bus jurusan Probolinggo. Dari kota
probolinggo naik bus Akas kecil jurusan ke Bremi. Bus ini berangkat dari pool
Akas yang berada di terminal lama, samping hotel Bromo Indah. Bus ini berangkat
dua kali, pagi jam 06.00 dan siang jam 12.00, sedangkan kembali dari Bremi
menuju kota Probolinggo jam 08.00 dan jam 15.00. Sebelum melakukan pendakian
wajib melaporkan diri di kantor polisi sektor Krucil untuk dicatat identitasnya.
Di desa Bremi ini sebagian besar penduduknya adalah masyarakat Madura yang
kadang tidak mengerti bahasa Indonesia sehingga agak sulit berkomunikasi.
Perjalanan di mulai dari Kantor Polisi turun menuju pertigaan menuju arah
perkebunan Ayer Dingin. Dengan melewati kebun penduduk yang kebanyakan ditanami
jagung dan padi, selanjutnya akan memasuki kawasan perkebunan yang ditanami
kopi dan sengon. Jalur semakin menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan damar.
Setelah berjalan sekitar 2 jam kita akan memasuki batas Hutan Suaka. Dari batas
suaka alam, hutan semakin lebat dan jalur semakin terjal. Pendaki perlu waspada
di kawasan ini banyak dihuni babi hutan. Perhatikan semak - semak yang bergerak
dan suara khas babi yang sering muncul disekitar jalur pendakian. Bila kita
sudah sampai di puncak bukit maka kita akan menemukan persimpangan jalur. Ambil
lurus bila ingin terus menuju puncak, namun bila ingin ke Danau Taman Hidup
harus berbelok ke kanan. Danau Taman Hidup adalah lokasi berkemah yang cukup
luas. Di sekitar tempat ini kadang muncul babi hutan, kancil dan kijang,
terdapat sebuah danau yang luas dan banyak ikannya sehingga dapat dipancing.
Pendaki juga dapat mengambil air bersih dari danau ini. Tepian danau ini sangat
berbahaya berupa rawa berlumpur, sehingga untuk mengambil air pendaki harus
melewati jembatan dermaga kayu. Dari dermaga ini pendaki seringkali mandi
berenang ke dalam danau. Namun perlu diperhatikan bila air sangat dingin
berbahaya sekali untuk berenang. Ketika udara cerah bila pendaki berteriak maka
sekonyong - konyong kabut akan muncul di atas danau, namun setelah diam kabut
akan hilang lagi. Pendaki juga dapat mengelilingi danau untuk memancing ikan.
Pada pagi hari kabut tebal menyelimuti danau sehingga berbahaya bila ingin
mengambil air, karena dapat terjebak di rawa tepian danau. Untuk itu persiapkan
air jauh sebelumnya ketika cuaca cerah. Meninggalkan Danau Taman Hidup pendaki
harus berjalan ke arah semula menuju persimpangan dan belok ke kanan ke arah
puncak. Jalur agak landai namun suasana hutansemakin lebat. Setelah berjalan
sekitar 30 menit kita akan berjumpa dengan sungai kecil yang kering. Jalur
selanjutnya semakin menanjak, di pagi hari di sepanjang jalur dapat kita
temukanjejak Babi hutan, bahkan jejak kaki Macan yang masih baru. Selanjutnya
kita akan memasuki kawasan hutan yang semakin gelap dan lembab, begitu dekatnya
jarak antara pohon sehingga sulit bagi sinar matahari untuk menembusnya.
Kawasan ini di sebutHutan Lumut karena semua pohon di areal ini ditutupi oleh
lumut. Kesan angker dan menyeramkan sangat terasa ketika melewati daerah ini.
Jejak Kancil, Menjangan, Babi hutan dan Macan dapat ditemukan di sepanjang
jalur ini. Sekitar 1 jam melintasi hutan lumut kita memasuki hutan yang jarak
pohonnya tidak terlalu rapat, sehingga kelihatan agak terang. Tumbuhan herbal
dan rumput pun tumbuh subur. Jalur ini menyusuri lereng bukit dengan sisi kiri
berupa jurang. Rumput yang tumbuh kadang begitu tingginya, sehingga menutupi
jalur. Sesekali terdengar kicauan aneka jenis burung 30 menit selanjutnya kita
akan tiba di lereng yang banyak batu - batu besar. Disini banyak terdapat pohon
tumbang sisa kebakaran hutan. Kita harus melintasi 3 buah sungai kering dengan
cara turun jurang dan naik lagi ke atas bukit. Bukit - bukit di depan kita banyak
di tumbuhi rumput dengan pohon yang agak jarang. Sesekali terlihat Kancil atau
Menjangan berlari - larian, sementara belasan lutung - lutung bergantungan di
atas pohon. Sekitar 1 jam berikutnya kita sudah berada di lereng bukit yang
banyak ditumbuhi rumput - rumput tinggi. Rumput - rumput ini seringkali
menutupi jalur sehingga sangat menggangu. Di antara rerumputan Edelweis mulai
tumbuh, pohon - pohon besar sisa kebakaran masih bertahan hidup dengan
menumbuhkan daun - daun hijau yang baru Dengan menempuh waktu sekitar 30 menit
melintasi rerumputan yang mengelilingi bukit kita akan tiba di sebuah sungai
kecil yang airnya mengalir lancar. Pendaki dapat mendirikan tenda di daerah
Kali putih ini. Berikutnya kita akan melintasi hutan cemara yang banyak ditumbuhi
rumput - rumput yang tinggi, 1 jam selanjutnya akan tiba di padang rumput
gimbal, rumput di sini berbentuk keriting dan tumbuh secara bergerombol.
Perjalanan memutar mengelilingi puncak gunung dengan menyusuri padang rumput
gimbal. Selanjutnya akan sampai di Sicentor. Sicentor adalah tempat pertemuan
jalur Baderan dan Bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat
mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.
Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk
berlindung dari hujan dan angin. Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit
melintasi padang rumput dan padang Edelweis sekitar 1 jam perjalanan akan
berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering
kembali melintasi padang rumput dan padang Edelweis yang sangat indah. 1 jam
berikutnya akan tiba di Rawa Embik. Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun
bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda diRawa Embik. Di tempat ini
terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa
lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang -
goyang dengan keras. Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi
padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam
perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang
berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang
pohon - pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati -
hati.Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati - hati melintasinya.
Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan
berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang
rumput dan padang Edelweisyang sangat indah. Di depan kita nampak puncak
Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang. Puncak
gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat
terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden
paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu - batu
berserakan. Keatas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil
lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu -
batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncak tertinggi terdapat
susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
JALUR BADERAN
Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa
timur, Pendaki wajib melaporkan diri Kantor Polisi Sektor Sumber Malang yang
berada sekitar 1 km dari Baderan, atau pada kantor Perhutani yang berada tepat
di pertigaan jalan Desa Baderan.
Pendaki yang akan mendaki ke gunung ini
disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung
jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik
pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan. Jalur
yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi harus melingkar
dan naik turun beberapa bukit, waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama.
Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik
minimal untuk keperluan 3 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini
sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air dapat ditemukan mulai
dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung. Pada musim hujan banyak sekali
sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau akan terisi air. Pacet
atau Lintah pada musim kemarau tidak ada namun bila di musim hujan akan muncul
banyak sekali. Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan
membutuhkan waktu sekitar 10 - 12 jam. Perjalanan akan dimulai dari desa
Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, terdapat kantor
Perhutani. Dari pertigaan ini kita berjalan menuruni jalan aspal sekitar 200
meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu.
Sekitar 1 km kita akan berjumpa dengan sumber air desa, kita masih terus
berjalan sekitar 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit
yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau. Selanjutnya
perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang banyak dihuni babi hutan, lutung
dan aneka burung. Setelah berjalan sekitar 3 jam kita sampai di Km 4,2 dimana
terdapat mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga terdapat tempat
terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di
punggung bukit sehingga bila ada angin kencang akan terganggu. Masih menyusuri
hutan yang semakin lebat dan gelap, jalur menyurusi punggung dan lereng jurang
yang sangat dalam. Di km 7 kita akan berjumpa dengan sungai yang kadang kering,
bila hujan sungai ini akan terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon
cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput. Jalur selanjutnya di
dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah. Setelah berjalan
sekitar 5 jam kita akan sampai di km 15 di Cikasur, di sini terdapat sebuah
lapangan datar yang sangat luas. Dahulunya pada jaman Belanda akan dibangun
sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan
sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda. Konon pendaki
yang menginap di tempat ini sering mendengarkan jeritan-jeritan kesakitan para
pekerja paksa yang disiksa dan dikuburkan secara masal dalam parit-parit yang
mereka gali sendiri. Konon juga ada kebun bunga Tulip yang ditanam oleh tentara
Belanda dan roh tentara tersebut masih menjaganya, pendaki yang pernah
menemukan kebun ini dan memetik bunganya akan di kejar-kejar oleh hantu tentara
Belanda tersebut. Terdapat sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah
meskipun di musim kemarau. Membuat ingin minum sepuas-puasnya dan ingin mandi
menceburkan diri.Di Cikasur ini juga terdapat sebuah bangunan dari kayu yang
dapat digunakan untuk berlindung dari angin dan hujan. Namun sayang kecerobohan
pendaki dengan membuat api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai
bangunan yang terbuat dari kayu. Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput
gimbal, yakni rumput yang daun - daunnya keriting. Perjalanan di siang hari
akan terasa sangat panas dan melelahkan, namun bila kita menikmati pemandangan
padang rumput yang indah ini kita akan lupa semua penderitaan selama
perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran sehingga harus
hati-hati bila membuat api unggun. Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati
beberapa padang rumput kita akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat
pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis banyak tumbuh dan
bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, dan angin seringkali
bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang,
sehingga perlu hati-hati melewati jalur ini bila angin bertiup kencang.
Setibanya dipuncak bukit kita akan menyusuri lereng gunung yang berada di sisi
jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih
banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini
sangat berbahaya karena rawan longsor dan pohon-pohon mudah tumbang, sementera
di sisi kita jurang yang sangat dalam. Selanjutnya kita akan tiba di ujung
bukit, menuruni bukit yang sangat terjal dan menyeberangi sungai yang airnya
berlimpah meskipun di musim kemarau. Kita telah sampai di Sicentor yakni
pertigaan tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak.
Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum
melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari
kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin. Dari Sicentor
perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar
1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi
dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang
sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik. Untuk menuju puncak
belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa
Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau.
Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda
dapat bergoyang-goyang dengan keras. Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah
kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu
sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng
terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup
kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus
berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati
melintasinya. Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang
kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa
dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita
nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan
belerang. Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau
belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam
tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak
terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke
atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak
terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncak tertinggi
terdapat susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
Sekian sedikit info tentang Mitos dan Jalur Pendakian Gunung Argopuro,,Semoga bisa membantu..
sumber : http://chk2489.blogspot.sg
0 comments:
Post a Comment